Candi
Cetho terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Ngargoyoso
sebelah barat lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1.400 meter diatas
permukaan air laut. Candi ini dibangun pada abad ke-15, merupakan
peninggalan pemerintahan Majapahit yang dominan dengan corak Agama
Hindu. Laporan ilmiah mengenai candi ini pertama kali ditulis oleh Van
de Vlies pada tahun 1842.
Candi
Cetho terdiri dari 9 trap (teras) yang bentuknya memanjang dengan
gapura pada tiap tingkatannya. Memasuki trap pertama berupa halaman
candi yang berada pada posisi paling luar. Dari halam candi ini kita
bisa melihat panorama indah dengan pandangan lepas kearah matahari
tenggelam. Pada trap kedua kita akan menjumpai petilasan
Ki Ageng Krincing Wesi yang merupakan leluhur masyarakat Dusun Cetho.
Pada trap yang ketiga dapat kita jumpai relief bebatuan diatas permukaan
tanah yang menggambarkan nafsu biologis manusia berupa phallus (alat
kelamin pria) dengan panjang lebih dari 2 meter. Disebelah
kanan dan kirinya terdapat lambang kerajaan Majapahit sebagai penunjuk
masa pembangunan candi. Memasuki trap ke empat kita akan menemui sebuah
relief yang menggambar kan kisah perjuangan manusia yang ingin
melepaskan diri dari malapetaka (Sudhamala). Pada trap yang kelima dan
ke enam terdapat bangunan berupa pendopo yang biasa dipakai untuk
upacara keagamaan. Naik ke teras ke tujuh dapat kita temui arca
Sabdopalon dan Nayagenggong abdi dalem sekaligus penasehat spiritual
Prabu Brawijaya. Memasuki trap berikutnya terdapat arca phallus
Kuntobimo yang melambangkan kesuburan dan disebelahnya terdapat arca
Prabu Brawijaya, melambangkan suri tauladan sebagai raja yang berbudi
luhur dan dipercaya sebagai utusan Tuhan di muka bumi. Trap kesembilan adalah teras utama tempat memanjatkan do’a berupa kubus berukuran 1,5 meter.
Berdasarkan kondisi
saat reruntuhan mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang hampir
sama dengan usia Candi Sukuh. Jalan menuju ke Candi Cetho saat ini telah
diperbaiki namun medan
yang berat dan menanjak masih cukup memberatkan bagi kendaraan yang
menuju kesana. Melalui jalan yang berkelok-kelok diantara hijaunya kebun
teh yang luas membentang menjadi keasyikan tersendiri saat perjalanan
sambil menikmati indahnya panorama kaki Gunung Lawu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar